Pengolahan lahan adalah fondasi awal budidaya cabai keriting. Proses ini dilakukan untuk mempersiapkan media tanam yang optimal, baik dari segi fisik, kimia, maupun biologi, sebelum bibit cabai dipindahkan ke lahan.
1. Tujuan Utama Pengolahan Lahan
Tujuan utama dari pengolahan lahan adalah untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase, dan menciptakan kondisi pH yang ideal (sekitar $5.5 - 6.5$) agar tanaman dapat menyerap unsur hara secara maksimal. Selain itu, pengolahan lahan berfungsi sebagai langkah awal pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), termasuk gulma, hama, dan patogen tular tanah.
2. Langkah-Langkah Pengolahan Lahan
Proses pengolahan lahan melibatkan serangkaian tahapan penting:
Pengukuran dan Penyesuaian pH: Sebelum diolah, pH tanah diukur. Jika pH terlalu rendah (asam), perlu dilakukan pengapuran dengan memberikan kapur pertanian seperti Dolomit atau Kaptant. Pemberian ini idealnya dilakukan 2 hingga 4 minggu sebelum tanam agar kapur memiliki waktu yang cukup untuk bereaksi menaikkan pH tanah.
Pembersihan dan Pembajakan: Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan gulma. Kemudian, dilakukan pembajakan atau pencangkulan untuk membalik dan menggemburkan tanah secara merata.
Pengendalian Gulma Awal (Penyepraian Herbisida): Pada tahap pembersihan lahan, petani sering melakukan penyepraian herbisida sistemik (misalnya berbahan aktif glifosat) untuk mematikan gulma secara menyeluruh. Hal ini sangat penting karena gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit virus.
Aplikasi Pupuk Dasar: Setelah pembajakan, pupuk dasar berupa pupuk organik (misalnya kompos atau pupuk kandang) dan sebagian pupuk anorganik (misalnya NPK) ditebarkan secara merata, kemudian dibajak kembali agar tercampur dengan tanah.
Penerapan Agens Hayati (Aplikasi Pencegahan): Untuk menekan penyakit tular tanah sejak awal (seperti Layu Fusarium), beberapa petani melakukan aplikasi bahan hayati seperti jamur Trichoderma sp. ke dalam tanah. Aplikasi ini biasanya dilakukan dengan cara dikocor (disiram) atau dicampur pada pupuk dasar sebelum tanah dibuat bedengan.
Pembuatan Bedengan dan Pemasangan Mulsa: Tanah dibentuk menjadi bedengan untuk memastikan drainase yang baik. Setelah itu, Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dipasang untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban, dan kestabilan suhu tanah.
3. Penyepraian Setelah Tanam (Fokus Pengendalian)
Penyepraian atau penyemprotan pestisida kimia secara rutin (insektisida dan fungisida) biasanya dilakukan setelah tanaman cabai berumur beberapa minggu dan gejala serangan hama atau penyakit mulai terlihat, bukan pada tahap pengolahan tanah secara murni.
Penyemprotan Insektisida: Diarahkan untuk mengendalikan hama penting seperti Kutu Kebul dan Thrips, yang merupakan vektor pembawa virus penyakit Keriting Daun (virus kuning).
Penyemprotan Fungisida: Diarahkan untuk mencegah atau mengendalikan penyakit jamur seperti Antraknosa (Patek) dan bercak daun.
Sebagai prinsip dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penyemprotan pestisida kimia hanya dilakukan apabila populasi hama atau tingkat kerusakan sudah mencapai ambang batas yang merugikan secara ekonomi.

No comments:
Post a Comment