Keberhasilan budidaya cabai merah besar ditentukan oleh pemenuhan nutrisi yang tepat dan berimbang di setiap fase pertumbuhannya. Kebutuhan unsur hara makro utama, yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K), akan berubah seiring berjalannya waktu, mulai dari masa pertumbuhan awal hingga masa panen raya.
Secara umum, program pemupukan cabai dibagi menjadi tiga tahapan utama: pupuk dasar, pupuk susulan fase vegetatif, dan pupuk susulan fase generatif.
1. Pemupukan Dasar (Pondasi Nutrisi Awal)
Pemupukan dasar adalah langkah krusial yang dilakukan sebelum bibit ditanam, tujuannya untuk menyiapkan tanah agar kaya nutrisi dan mendukung perkembangan akar yang cepat.
Pertama-tama, aplikasikan pupuk organik seperti pupuk kandang yang sudah matang atau kompos. Pupuk ini penting untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aerasi, dan memberikan cadangan nutrisi yang dilepaskan secara perlahan. Dosis ideal pupuk organik berkisar antara 15 hingga 20 ton per hektar, tergantung kondisi lahan.
Kedua, jika pH tanah masam (di bawah 5,5), tambahkan Kapur Pertanian (Dolomit). Dolomit berfungsi menaikkan pH ke rentang ideal (5,5–6,8) serta menjadi sumber utama Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Aplikasi dolomit sebaiknya dilakukan 2 sampai 3 minggu sebelum penanaman.
Ketiga, berikan pupuk anorganik yang kaya Fosfor (P) dan Kalium (K) di atas bedengan. Pupuk seperti SP-36 atau TSP (sumber P) wajib diberikan untuk merangsang pertumbuhan akar. Pupuk majemuk NPK (16-16-16) juga dapat ditambahkan untuk melengkapi nutrisi seimbang. Semua pupuk dasar ini dicampur merata dengan tanah di permukaan bedengan sebelum ditutup mulsa.
2. Pemupukan Susulan Fase Vegetatif (Masa Pertumbuhan)
Fase vegetatif adalah periode awal pertumbuhan, yaitu sejak tanam hingga tanaman berumur sekitar 30–40 Hari Setelah Tanam (HST). Kebutuhan utama pada fase ini adalah Nitrogen (N).
Tujuan: Mendorong pertumbuhan daun, batang, dan pembentukan cabang agar tanaman memiliki kerangka yang kokoh.
Cara Aplikasi: Pemupukan susulan pada fase ini paling efektif dilakukan dengan metode kocor (drenching), yaitu melarutkan pupuk dalam air lalu menyiramkannya langsung ke zona perakaran. Metode ini memastikan nutrisi cepat tersedia dan terserap tanaman muda.
Formula yang Dianjurkan: Pupuk yang digunakan adalah pupuk dengan kandungan Nitrogen tinggi, atau pupuk seimbang seperti NPK Mutiara 16-16-16. Frekuensi pemberian pupuk kocor ini biasanya dilakukan rutin setiap 7 hingga 10 hari sekali.
Misalnya, pada 7-14 HST, larutkan NPK 16-16-16 sebanyak 2 kg dalam 200 liter air, kemudian kocorkan sekitar 150-200 ml per tanaman. Dosis pupuk dan volume kocor akan ditingkatkan secara bertahap seiring bertambahnya usia tanaman.
3. Pemupukan Susulan Fase Generatif (Masa Pembungaan dan Pembuahan)
Fase generatif dimulai saat tanaman mulai mengeluarkan bunga, sekitar 40 HST ke atas. Pada fase ini, fokus nutrisi harus bergeser dari N ke Fosfor (P) dan terutama Kalium (K).
Tujuan: Mencegah kerontokan bunga dan buah, meningkatkan ukuran, bobot, serta kualitas buah, dan memperpanjang masa panen.
Formula yang Dianjurkan: Gunakan pupuk dengan kandungan K dan P yang tinggi, seperti NPK Grower atau campuran KNO3 Merah (tinggi K) dan MKP (Mono Kalium Fosfat). Pupuk Kalium sangat penting untuk meningkatkan ketahanan buah dan kualitas penyimpanan pascapanen.
Pentingnya Kalsium: Unsur Kalsium (Ca) menjadi sangat krusial pada fase ini untuk mencegah penyakit fisiologis seperti Busuk Ujung Buah (Blossom End Rot). Kalsium dapat diberikan melalui pupuk kocor seperti Kalsium Nitrat (misalnya 2 kg per seribu tanaman) yang diberikan secara terpisah dari pupuk utama, atau melalui penyemprotan daun.
Aplikasi: Pemupukan generatif dilakukan rutin setiap 7 hingga 14 hari sekali hingga panen. Selain kocor, pupuk dapat juga diberikan dengan cara ditabur di lubang susulan samping tanaman, khususnya untuk dosis besar, yang kemudian disusul dengan penyiraman agar pupuk dapat larut perlahan.
4. Pemupukan Tambahan (Pupuk Daun)
Selain pemupukan melalui akar, nutrisi tambahan dapat diberikan melalui penyemprotan daun (foliar spray). Metode ini bertujuan melengkapi kebutuhan hara mikro dan memberikan dorongan cepat pada saat-saat tertentu.
- Pada fase vegetatif, gunakan pupuk daun yang kaya Nitrogen (Gandasil D atau pupuk asam amino) untuk mendukung pertumbuhan hijau.
- Pada fase generatif, beralihlah ke pupuk daun yang kaya Fosfor dan Kalium (Gandasil B atau pupuk MKP) untuk memaksimalkan pembungaan dan pembesaran buah.
Dengan menerapkan program pemupukan berimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan fase tumbuh tanaman, budidaya cabai merah besar akan menghasilkan tanaman yang sehat, kokoh, dan berproduksi maksimal.
No comments:
Post a Comment